BAB II
MELAKUKAN PEMERIKSAAN TANDA- TANDA
VITAL
A. Pengertian :
Pemeriksaan
tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem
tubuh. Tanda vital meliputi: Suhu tubuh, Denyut Nadi, Frekuensi Pernapasan, dan
Tekanan Darah.
Tujuan :
- Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
- Mengetahui denyut nadi (Irama, Frekuensi, dan Kekuatan)
- Menilai kemampuan kardiovaskuler
- Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
- Menilai kemampuan fungsi pernapasan
- Mengetahui nilai tekanan darah.
Tanda-tanda vital
adalah pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang paling dasar. Tanda vital
utama antara lain
:
a.
Tekanan darah
Tekanan darah
adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding arteri, Tekanan
ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan ukuran serta
fleksibilitas dari arteri, diukur dengan alat pengukur tekanan darah dan stetoskop.
Tekanan darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan,
keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan.
Dua angka
dicatat ketika mengukur tekanan darah. Angka yang lebih tinggi, adalah
tekanan sistolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung
berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh. Angka yang lebih rendah,
adalah tekanan diastolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika
jantung beristirahat dan pengisian darah. Baik tekanan sistolik dan diastolik
dicatat sebagai “mm Hg” (milimeter air raksa). Perbedaan antara tekanan
sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut.
Di Indonesia,
tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter
air
raksa.
Jumlah tekanan
darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
- Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
-
Usia 1 - 6
bulan
: 90/60 mmHg
-
Usia 6 - 12
bulan
: 96/65 mmHg
-
Usia 1 - 4
tahun
: 99/65 mmHg
- Usia 4 - 6
tahun
: 160/60 mmHg
- Usia 6 - 8 tahun
: 185/60 mmHg
- Usia 8 - 10
tahun
: 110/60 mmHg
- Usia 10 - 12
tahun
: 115/60 mmHg
- Usia 12 - 14
tahun
: 118/60 mmHg
- Usia 14 - 16
tahun
: 120/65 mmHg
- Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
Seseorang
dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah:
* Hipertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg
* Hipertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg
*
Hipertensi sedang : 160 - 169/100-109 mmHg
*
Hipertensi berat : 180 - 209/110-119 mmHg
Tempat
untuk mengukur tekanan darah seseorang adalah:
* Lengan atas
* Lengan atas
*
Pergelangan kaki
Pelaksanaan
1.
Alat dan bahan
Sfigmomanometer (tensimeter) yang terdiri dari
Stetoskop
Buku catatan tanda vital
Pena
2. Cara kerja
2. Cara kerja
Cara palpasi
Jelaskan prosedur pada klien.
Cuci tangan.
Atur posisi pasien
Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
Lengan baju di buka.
Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa
cubiti (jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)
Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinister
Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik
radialis tidak teraba
Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara
manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa
udara berlawanan arah jarum jam.
Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini
menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi.
Catat hasil.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Cara
auskultasi
Jelaskan prosedur pada klien.
Cuci tangan.
Atur posisi pasien
Letakkan lengan yang hendak diukur dalam posisi telentang.
Buka lengan baju.
Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar).
Tentukkan denyut nadi arteri radialis deks¬tra/sinistra.
Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg dari titik radialis tidak
teraba.
Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan dengarkan.
Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan
memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
Catat tinggi air raksa manometer saat per¬tama kali terdengar kembali denyut.
Catat tinggi air raksa pada manometer
Suara Korotkoff I: menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi
Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara auskultasi.
Catat hasilnya pada catatan pasien.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
b. Nadi
Nadi adalah denyut nadi
yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang berdasarkan systol dan
gystole dari jantung. Denyut nadi
adalah jumlah denyut jantung, atau berapa kali jantung berdetak per menit.
Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung, tetapi juga
mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung. Denyut merupakan
pemeriksaan pada pembuluh nadi
atau arteri.
Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis
pada pergelangan tangan, arteri brachialis
pada lengan atas,
arteri karotis
pada leher, arteri poplitea
pada belakang lutut, arteri dorsalis
pedis atau arteri
tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat
dilakukan dengan bantuan stetoskop. Denyut nadi
dapat meningkat pada saat berolahraga, menderita suatu penyakit, cedera, dan
emosi.
Jumlah denyut nadi yang normal
berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi baru lahir : 140 kali per menit
- Bayi baru lahir : 140 kali per menit
- Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit
- Umur 1 - 6
bulan
: 130 kali per menit
- Umur 6 - 12
bulan
: 115 kali per menit
- Umur 1 - 2
tahun
: 110 kali per menit
- Umur 2 - 6
tahun
: 105 kali per menit
- Umur 6 - 10
tahun
: 95 kali per menit
- Umur 10 - 14
tahun
: 85 kali per menit
- Umur 14 - 18
tahun
: 82 kali per menit
- Umur di atas 18
tahun : 60 - 100 kali per menit
- Usia
Lanjut
: 60 -70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut bradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:
- Ateri
radalis
: Pada pergelangan tangan
- Arteri
temporalis : Pada tulang
pelipis
- Arteri
caratis
: Pada leher
- Arteri femoralis
: Pada lipatan paha
- Arteri dorsalis
pedis : Pada punggung kaki
- Arteri politela : pada lipatan lutut
- Arteri
bracialis :
Pada lipatan siku
- Ictus
cordis
: pada dinding iga, 5 – 7
Pelaksanaan
Alat dan bahan
Arloji (jam) atau stopwatch
Buku catatan nadi
Pena
Cara kerja
Jelaskan prosedur pada klien
Cuci tangan
Atur posisi pasien (manusia coba)
Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh
Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
Periksa denyut nadi (arteri) dengan meng¬gunakan ujung jari telunjuk, jari
tengah, dan jari manis. Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan irama,
dan kekuatan denyutan.
Catat hasil.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
c. Suhu
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan
dari proses pemompaan jantung. Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam
keadaan tidur atau istirahat. Kondisi hipertermia dapat meningkatkan denyut
nadi sebanyak 15 – 20 kali per menit setiap peningkatan suhu 1 derajat celcius.
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi
metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi
melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu harus diatur dalam pembuangan dan
penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur oleh hipotalamus.
Pemeriksaan suhu
akan memberikan tanda suhu inti
yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Suhu tubuh normal seseorang
bervariasi, tergantung pada jenis kelamin, aktivitas, lingkungan, makanan yang
dikonsumsi, gangguan organ, waktu. Suhu tubuh normal, menurut
American Medical Association, dapat berkisar antara 97,8˚F atau setara dengan
36,5˚C sampai 99˚F atau 37,2˚C.
Seseorang dikatakan
bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36˚C - 37,5˚C. Seseorang
dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia), jiak suhu tubuhnya
< 36˚C
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
- Demam : Jika bersuhu 37,5 ˚C - 38˚C
- Febris : Jika bersuhu 38˚C - 39˚C
- Hipertermia : Jika bersuhu > 40˚C
Persiapan pasien dan lingkungan
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
- Demam : Jika bersuhu 37,5 ˚C - 38˚C
- Febris : Jika bersuhu 38˚C - 39˚C
- Hipertermia : Jika bersuhu > 40˚C
Persiapan pasien dan lingkungan
Prosedur
1. Mengukur suhu pada aksila
- Sebelum kerja cuci tangan
- Menurunkan aiar raksa sampai batas reservoir
- Bila perlu lengan baju pasien dibuka, jika ketiak pasien basah harus dikeringkan
- Termometer dipasang tepat pada tengah ketiak dijepitkan, lengan pasien dilipat di dada
- Setelah 10 menit termometer di angkat langsung di baca dengan teliti dan di catat pada buku catatan suhu
- Termometer dibersihkan dengan larutan sabun, memakai tissue kemudian di masukkan dalam larutan desinfektan lalu dibersihkan dengan air bersihdan dikeringkan
- Air raksa diturunkan dan termometer dimasukkan ke dalam tempatnya
2. Mengukur denyut nadi dan pernafasan
- Pengaturan posisi pasdien berbaring / duduk
- Menetukan tempat pengukura nadi dengan menggunakan tiga jari : jari telunjuk, tengah, manis
- Menghitung denyut nadi dalam 1 menit
- Mengitung pernafasan tanpa diketahui pasien selama 1 menit
- Mencatat hasil
- Adanya komunikasi dengan pasien
3. Mengukur tekanan darah
- Mengatur posisi tidur terlentang / semi fowler
- Lengan baju di buka / digulung
- Manset tensimeter di pasang pada lengan atas dan pipa karet berda di sisiluar lengan
- Manset di pasang tidak terlalu kuat
- Pompa tensimeter dipasang
- Meraba denyut nadi brachialis
- Sekrup balon karet ditutup , pengunci air raksa dibuka
- Mempopa balon karet pelan- pelan sampai denyut nadi brachialis terdengar
- Sekrup balon di buka perlahan- lahan, pandanga mata sejajar air raksa
- Mencatat hasil
- Manset dibuka dan digulung, air raksa di masukkan dalam reservoir, kunci air raksa di tutup , tensimeter di tuutp dengan rapi
- Mencuci tangan sesudah bekerja
Hasil
1. Data yang diperoleh valid sesuai sebagai hasil pemeriksaan
2. Posisi pasien pada keadaan semula
3. Alat – alat dalam keadaan siap pakai
1. Data yang diperoleh valid sesuai sebagai hasil pemeriksaan
2. Posisi pasien pada keadaan semula
3. Alat – alat dalam keadaan siap pakai
Pelaksanaan
Alat dan bahan
Termometer
Tiga buah botol
botol pertama berisi larutan sabun
botol kedua berisi larutan desinfektan
botol ketiga berisi air bersih
Bengkok
Kertas/tisu
Vaselin
Buku catatan suhu
Sarung tangan
Pemeriksaan suhu aksila
Jelaskan prosedur kepada klien
Cuci tangan
Gunakan sarung tangan
Atur posisi pasien
Tentukan letak aksila (Ketiak) dan bersihkan daerah aksila dengan menggunakan
tissue
Turunkan suhu termometer dibawah anatara 34˚C – 35˚C.
Letakkan termometer pada daerah aksila dan lengan pasien fleksi diatas dada
(mendekap dada)
Setelah 3 – 5 menit, angkat termometer dan baca hasilnya
catat hasil
Bersihkan termometer dengan kertas / tissue
Cuci termometer dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan
keringkan.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Termometer
d. Pernapasan
Merupakan
pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau
pola pernapasan. Tingkat respirasi
atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per menit. Tingkat respirasi
biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya melibatkan
menghitung jumlah napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada
meningkat. Respirasi
dapat meningkat pada saat demam, berolahraga, emosi. Ketika memeriksa
pernapasan, adalah penting untuk juga diperhatikan apakah seseorang memiliki
kesulitan bernapas.
Jumlah pernapasan seseorang adalah:
- Bayi : 30 - 40 kali per menit
- Anak : 20 - 50 kali per menit
- Dewasa : 16 - 24 kali per menit
Jumlah pernapasan seseorang adalah:
- Bayi : 30 - 40 kali per menit
- Anak : 20 - 50 kali per menit
- Dewasa : 16 - 24 kali per menit
Pelaksanaan
Alat dan bahan
Arloji (jam) atau stop-watch
Buku catatan
Pena
Cara kerja
Jelaskan prosedur pada klien
Cuci tangan
Atur posisi pasien (manusia coba).
Hitung frekuensi dan irama pernapasan.
Catat hasil.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.